Wayang sebagai Sarana Proses Islamisasi di Pulau Jawa
Bagaimana wayang dapat digunakan dalam
proses Islamisasi di Pulau Jawa?
Kedatangan Islam ke Nusantara dengan cara damai.
Para pemuka agama yang ramah membuat Islam diterima masyarakat. Para pemuka
agama menyebarkan Islam tanpa ada paksaan.Khusus di Pulau Jawa, Islam
disebarkan oleh sembilan wali, lebih tepatnya dikenal sebagai Wali Songo. Para
wali tersebut di antaranya: Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan
Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.
Para wali mendakwahkan Islam menggunakan sarana
budaya. Dakwah Islam di Pulau Jawa membutuhkan proses yang tidak singkat.
Sebelumnya, Wali Songo memperhatikan terlebih dulu hal-hal yang disukai
masyarakat Jawa ketika itu. Wali Songo mendakwahkan Islam dengan menggunakan
bahasa Jawa, kebudayaan dan adat, serta hal-hal yang menjadi hiburan atau
kesenangan bagi masyarakat Jawa.
Akhirnya, dipilihlah kesenian yang dapat menjadi
hiburan atau kesenangan masyarakat Jawa. Dipilihlah Wayang oleh Wali Songo,
khususnya Sunan Kalijaga sebagai penggagasnya. Sunan Kalijaga mengembangkan
wayang purwa sebagai media mendalang, yaitu wayang yang mempunyai corak
Islam.Perlu diketahui bahwa Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, dalam
menyebarkan Islam di Pulau Jawa menggunakan wayang yang cikal bakalnya bersal
dari wayang beber. Wayang berber adalah wayang yang gambarnya mirip manusia dan
sekitar zaman Majapahit yang menjadi referensi ceritanya.
Lambat
laun, Sunan Kalijaga sukses menyebarkan Islam menggunakan wayang. Sunan
Kalijaga dapat menarik simpati masyarakat Jawa terhadap agama melalui wayang.
Zmaan dahulu, pementasan wayang dilakukan di masjid dan masyarakat bebas untuk
menyaksikan. Masyarakat hanya dianjurkan untuk berwudhu dan melafalkan kalimah
syahadat sebelum memasuki masjid.
Daya pikat Suanan Kalijaga tinggi, terbukti
dengan kemampuan mendalangnya yang hebat membuat wayang sangat digemari
masyarakat. Mahsyurnya Sunan Kalijaga
terbukti ketika mendalang, Sunan Kalijaga juga menggunakan berbagai nama di
berbagai daerha yang berbeda. Ketika di Pajajaran, beliau dikenal dengan Ki
Dalang Sidabrangi, di Tegal terkenal sebagai Ki Dalang Bengkok, dan di
Purbalingga terkenal sebagai Ki Dalang Kumendung.
Dakwah lewat budaya ternyata keren
ReplyDeleteBANG PROxyz