Cerita Ringkas tentang Latar Belakang, Proses, dan Akhir Perlawanan Rakyat terhadap VOC
1. Perlawanan
Rakyat Maluku terhadap VOC
·
Latar Belakang
Datangnya
Belanda pada abad ke-17 membuat mencetusnya persaingan Belanda dengan Portugis.
Pada tahun 1605, Belanda dapat menjatuhkan dominasi Portugis dan menduduki
benteng Portugis di Ambon dan melakukan pengusiran Portugis dari Maluku.
Kemudian, merasa saingannya sudah tidak ada, Belanda membuat
kesewenang-wenangan di Maluku. Beberapa di antaranya:
1.
Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi
berupa rempah-rempah kepada VOC.
2.
Diterapkannya hak ekstirpasi oleh Belan
da yaitu hak untuk menebang tanaman rempah-rempah agar harga tetap terjaga dan
ketika harga rempah-rempah di pasaran meningkat maka secara serentak diwajibkan
menanam rempah-rempah.
3.
Pelayaran Hongi atau patroli laut,
merupakan gagasan dari Frederick de Houtman, yang menjadi gubernur pertama
Ambon ketika itu. Pelayaran Hongi dilakukan bertujuan mencegah adanya
perdagangan gelap dan seluruh Maluku diawasi dalam hal monopoli perdagangannya.
·
Proses
Pada
akhir abad ke-18 perlawanan yang dasyat datang dari Teidore untuk mengguncang
dominasi VOC. Hal tersebut terjadi karena tipu muslihat Belanda sehingga
seolah-olah Tidore memiliki hutang besar kepada VOC dan diharuskan menyerahkan
daerahnya kepada VOC. Namun, Tidore memilih mengangkat senjata daripada harus
memenuhi membayar todongan hutang dari VOC.
Tahun
1780, terjadi kebangkitan rakyat Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku.
Kebangkitan tersebut membuahkan hasil pengusiran VOC keluar dari Maluku. Selain
itu, Sultan Nuku dapat mempersatukan Ternate dan Tidore.
·
Akhir Perlawanan
Setelah
meninggalnya Sultan Nuku (1805), tidak ada perlawanan yang kuat, sekuat ketika
dipimpin Sultan Nuku, akibatnya VOC kembali menduduki Maluku.
Kesewenang-wenangan VOC mulai lagi ditemukan di daerah-daerah di Maluku.
2. Perlawanan
Mataram terhadap VOC
·
Latar Belakang
Di
Jawa, keberhasilan VOC menguasai Batavia membuatnya ingin merambah kekuasaannya
ke daerah lain. VOC merambahkan pengaruhnya ke kerajaan-kerajaan di Jawa. Salah
satu kerajaan yang mendapatkan gempuran pengaruh VOC adalah kerajaan Mataram.
·
Proses
Kerajaan
Mataram dipimpin oleh Sultan Agung. Pada masa kepemimpinan Sultan Agung,
kerajaan Mataram berada pada puncak kejayaannya (tahun 1613-1645). Sultan
Aagung memunyai niat untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa di
bawah kekuasaan Mataram. Namun, kedatangan VOC-lah yang menjadi “tembok”
penghambat kerajaan Mataram, yang dipimpin oleh Sultan Agung. Disamping itu,
monopoli perdagangan yang dilakukan VOC membuat rakyat menderita. Penerapan
monopoli perdagangan oleh VOC, perdagangan Mataram di Malaka terganggu oleh
kehadiran Belanda, dan keinginan Mataram
mengusir VOC yang menjadi alasan perlawanan Mataram di bawah kepemimpinan
Sultan Agung untuk melancarkan serangannya melawan VOC.
Ada
dua kali penyerangan Mataram terhadap VOC:
Pertama,
tahun 1628, yang ditandai dengan penyerangan Mataram ke benteng Hollandia. Pada
penyerangan pertama ini Tumenggung Baurekso dan putranya gugur dalam
pertempuran. Pertempuran ini menggunakan tantik dengan membendung Sungai
Ciliwung. Pada penyerangan ini, Sultan Agung beserta pasukan mengalami
kegagalan. Kegagalan yang dialami dijadikan semangat untuk membuat penyerangan
yang lebih hebat lagi di penyerangan kedua.
Kedua,
tahun 1629, Mataram melakukan penyerangan ke Batavia dengan persenjataan yang
lebih hebat. Di antaranya menggunakan meriam dan senjata api, pasukan berkuda
dan beberapa gajah, serta pengadaan makanan dengan membuat lumbung-lumbung padi
di Cirebon dan Tegal. Penyerangan kedua berhasil menghancurkan benteng Hllandia
dan menewaskan J.P Coen ketika memertahankan benteng Meester Cornellis. Banyak
pasukan Mataram dan Belanda yang tewas pada penyerangan kedua ini. Karenanya,
daerah yang menjadi pertempuran dinamakan Rawa Bangke.
·
Akhir Perlawanan
Keberhasilan
Mataram dapat dibalas oleh VOC. VOC mengalahkan Mataram dengan menghancurkan
lumbung-lumbung padi di Cirebon dan Tegal dengan cara dibakar. Akibatnya,
pasukan Mataram yang menyerang VOC kesulitan pangan. Selain itu jarak antara
Yogyakarta dengan Batavia, kalahnya persenjataan, dan penyakit malaria menjadi alasan
kekalahan Mataram dalam menghadapi VOC. Kegagalan yang kedua kalinya ini tidak
membuat Sultan Agung, malah membuat Sultan Agung memunyai keinginan membuat
penyerangan yang ketiga. Namun, hal tersebut tidak terwujud karena tahun 1645
Sultan Agung meninggal dunia.
3. Perlawanan
Rakyat Makassar terhadap VOC
·
Latar Belakang
Perlawanan terhadap
Belanda di Makassar diprakarsai oleh kerajaan Gowa dan Tallo, yang kemudian
bergabung menjadi kerajaan Makassar. Letak Kerajaan Makassar strategis sebagai
pusat perdagangan di kawasan Indonesia timur.
Pada
masa pemerintahan Sultan Hasanudin mencapai pusat kejayaannya yaitu tahun
1654-1669. Pada masa ini, Makassar menjadi saingan berat VOC dalam bidang
perdagangan dan pelayaran di Indonesia timur. Kejayaan Makasar pada bdang
perdagangan dan pelayaran membuat VOC melancarkan niatnya untuk meruntuhkan
dominasi Makassar. VOC berpura-pura ingin mengadakan hubungan dagang. Niat
tersebut disambut baik oleh Raja Gowa dan VOC diizinkan melakukan perdagangan
dengan bebas. Kelicikan VOC terlihat ketika mengajukan tuntutan kepada Sulltan
Hasanudin.
·
Proses
Kerajaan
Makassar, dengan didukung oleh pelaut-pelaut ulung, mencapai puncak kejayaannya
pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 - 1669. Pada
pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat untuk kompeni
VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang itu
berasa semakin berat untuk VOC sehingga VOC berpura-pura ingin membangun
hubungan baik dan saling menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik
ini disambut baik oleh Raja Gowa dan lalu VOC diizinkan berdagang secara bebas.
Setelah mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makasar,
VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan
tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.
Tuntutan
tersebut ditanggapi Sultan Hasanudin dalam bentuk perlawanan. Perlawanan
pertama terjadi tahun 1633 kemudian berlanjut pertempuran yang kedua yaitu
tahun 1654. Kedua pertempuran tersebut terjadi karena VOC yang menghalangi para
pedagang masuk atau keluar dari Pelabuhan Makassar. Upaya VOC dalam menghalangi
para pedagang tersebut dapat digagalkan karena pelaut Makassar melawan dengan
perlawanan yang sengit.
Pertempuran
yang ketiga, tahun 1666-1667. Pertempuran ini termasuk pertempuran yang besar.
VOC menyerbu Makassar dengan bantuan Raja Bone (Aru Palaka) dan pasukan Kapten
Yonker dari Ambon. Pasukan ngkatan laut VOC datang dengan pimpinannya yaitu
Speelman, yang menyerang pelabuhan Makassar dari laut, sedangkan dari darat
oleh Aru Palaka berhasil mendorong pemberontakan suku Bugis untuk melakukan
pemborantakan pada Sultan Hasanudin dan melakukan penyerangan ke Makassar.
·
Akhir Perlawanan
Pertempuran
VOC dengan kerajaan Makassar berlangsung lama. Akan tetapi, Sultan Hasanudin
dapat mempertahankan Kota Makassar. Namun, pada tahun 1667, akhirnya Sultan
Hasanudin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya.
Perlawanan
kerajaan Makassar beserta rakyatnya mengalami kegagalan. Hal tersebut terjadi
karena adu domba yang dilakukan VOC kepadan Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka.
4. Perlawanan
Banten terhadap VOC
·
Latar Belakang
Kerajaan
Banten dengan VOC berselisih sudah sejak lama. Perselisihan antara kerajaan
Banten dengan VOC terjadi sejak kedatangan VOC dan sikapnya yang kasar.
Ketidaksukaan kerajaan Banten mulai menjadi-jadi ketika VOC dengan pemimpinnya
yang bernama J.P Coen mendirikan kota Batavia. Persaingan dagang dan saling
berebut jalur pelayaran di Selat Sunda tidak dapat dihindarkan antara kerajaan
Banten dengan VOC. VOC memblokde pelabuhan Banten agar perdagangan Banten
lumpuh.
·
Proses
Naiknya Sultan
Ageng Tirtayasa pada 1651 memberi harapan besar akan bangkitnya perdagangan
Banten. Sultan Ageng Tirtayasa pulalah yang paling berani menentang kelicikan
VOC. Namun pada tahun 1683, VOC menerapkan strategi devide et impera atau politik adu domba untuk mengadu antara Sultan
Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji (putera Sultan Ageng).
Terjadi perang
antara ayah dengan anak, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji.
Sultan Ageng Tirtayasa dibantu oleh rakyat Banten dan Sultan Haji dibantu
Belanda. Karena Sultan Ageng bersama rakyat Banten kalah dalam hal
persenjataan, maka perang dimenangkan oleh Sultan Haji bersama Belanda. Sulltan
Ageng ditangkap tahun 1683. Akhirnya pada tahun 1692 Sultan Ageng meninggal
dunia.
VOC meminta
kompensasi atas kemenangan Sultan Haji yaitu dengan penandatangan perjanjian
dengan kompeni. Pada intinya, perjanjian itu berisi kerajaan Banten harus
menyerahkan Cirebon kepada VOC, monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC, dan menyingkirkan
para pedagang Persia, India, dan Cina. Selain itu, Banten harus membayar
600.000 ringgit apabila ingkar janji dan pasukan Banten yang menguasai daerah
pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik kembali. Isi perjanjian ini
disetujui oleh Sultan Haji.
·
Akhir Perlawanan
Dengan kematian
Sultan Ageng dan berkuasanya Sultan Haji di bawah pengaruh VOC, tidak membuat
semangat rakyat Banten untuk melawan menjadi redup. Semangat ini datang karena
Sultan Ageng yang mengajarkan untuk menjaga kedaulatan dan mempertahankan tanah
air. Fakta tersebut didukung oleh perlawanan terhadap VOC tahun 1750 yang
dipimpin Ki Tapa dan Ratu Bagus. Perlawanan ini membuat VOC kewalahan meskipun
akhirnya dapat dipadamkan juga.
Bisa bantu kasik komdntar gak yang melawan banten??
ReplyDeleteMksi gan
ReplyDeleteMatur nuwun ki yo mas
ReplyDeleteMantep gan
ReplyDelete